Rumah
Rumah adalah salah satu tempat ternyaman bagi mereka. Aku melihat diri sendiri yang makin hari makin rapuh. Tidak punya tempat untuk berkeluh. Bahkan rumah ku sendiri sudah bukan lagi rumah ternyaman bagiku. Mereka adalah orang yang beruntung. Tapi aku tak seberuntung mereka. Sejak rumah tidak lagi terasa rumah, aku lebih memilih untuk tidak pulang. Aku berusaha terlihat tenang saat di depan mereka. Padahal isi kepala ku sedang berantakan. Ingin ku berhenti, tapi aku masih punya masa depan. Tak tau sampai kapan aku harus berucap: “tidak apa apa,” di setiap masalah yang berdatangan. Aku butuh pundak untuk bersandar. Dan, aku butuh rumah berbentuk jiwa manusia.
===
Penulis bernama Nur Azza Marsanda. Bersekolah di kelas 10.A, SIKK.
Penulis mempunyai hobi bermain badminton, melukis kaligrafi, dan menulis. Penulis bercita-cita ingin menjadi seorang penulis.